Klik di sini untuk kembali ke laman muka

** The Indonesian translations are not literal “word for word” but rather “thought for thought” to keep in context with its language evolvement

Di dalam Agama Kristen dan Katolik sepanjang sejarahnya, kita dapat temukan begitu banyak informasi tentang ilmu Teologi, ajaran, doktrin, pergerakan, dan denominasi. Beberapa dari mereka terlihat kontradiksi, berbelit, kompleks dan tidak mudah untuk dimengerti. Saya berargumen bahwa semua itu dibuat untuk menjaga jarak antara kepemimpinan di dalam organisasi gereja and kebanyakan orang

Banyak pemimpin di dalam organisasi gereja mempertahankan bahwa untuk seseorang bisa berhubungan dengan Tuhan, maka kita harus pergi beribadah, menjadi anggota, bertumbuh dalam organisasi keagamaan. Begitu jauh kita melangkah sampai poin poin di bawah ini menjadi sesuatu yang normal:

* Sebuah bangunan yang dikhususkan untuk pertemuan keagamaan diartikan sebagai “gereja”

* Menghadiri sebuah pertemuan keagamaan diartikan sebagai “pergi ke gereja”

* Mendengar kotbah dan music di dalam pertemuan keagamaan diartikan sebagai “bergereja”

* Menjadi anggota dalam sebuah organisasi nirlaba yang memiliki sebuah bangunan yang dikhususkan untuk pertemuan keagamaan diartikan sebagai “bergabung dalam gereja”

* Bertanggung jawab sebagai pendiri atau terpilih sebagai pengurus dalam sebuah organisasi nirlaba yang memiliki sebuah bangunan yang dikhususkan untuk pertemuan keagamaan diartikan sebagai “menggembalakan sebuah gereja”

* Menambah sesuatu ke dalam bangunan yang dikhususkan untuk pertemuan keagamaan atau penambahan keanggotaan ke dalam sebuah organisasi nirlaba yang memiliki sebuah bangunan diartikan sebagai “pertumbuhan gereja”

Escape From Churchianity by Chip Brogden

Pengertian ini telat membuat hubungan pribadi kita ke dalam sebuah kotak kecil. Sekarang jika kita melihat di Alkitab, Tuhan memulai dengan keluarga – Ayah dengan anak, Adam dipanggil sebagai anak Tuhan (Lukas 3). Tuhan mengakhiri dengan keluarga; kita dipanggil sebagai anak anakNya. Bahkan setelah dia menebus kita dari dosa, kita diadopsi sebagai anakNya sendiri (Galatia 4).

Sekarang ini banyak orang percaya yang berpikir bahwa hubungan pribadi dengan Tuhan itu penuh dengan “apa yang boleh” dan “apa yang tidak”, aturan dan regulasi. Untuk kita menjadi “benar” dengan Tuhan, kita harus melakukan hal hal yang telah ditentukan. Beberapa dari kita tidak membaca Aliktab, karena kita berpikir bahwa yang bisa mengerti Alkitab hanyalah pendeta atau pastur. Beberapa dari kita tidak membaca Alkitab karena kita berpikir kita akan “pergi ke gereja” di hari Minggu. Beberapa dari kita membaca Alkitab, tetapi masih berpikir bahwa pesan dari Tuhan hanya bisa melalui pendeta atau pastur. Banyak dari kita tidak mengetahui cara mencari jawaban dari pertanyaan kita dari Alkitab.

Hubungan pribadi seperti ini sangat jauh dari sesuatu yang sangat sederhana sebagai orang tua dan anak langsung tanpa perantara. Kita berharap dengan situs ini kita bisa mengubah cara berpikir kita layaknya anak anak berhubungan dengan orang tuanya.

Klik di sini untuk kembali ke laman muka